Definisi
Adalah infeksi pada vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida albicans (90%) dan sebagian kecil oleh Candida glabrata (salah satu referensi menyebutkan bahwa saat ini terjadi peningkatan hingga 15%).
Etiologi
C. albicans dan ragi (yeast) lain seperti C.tropicalis,C.stellatoidea,C.pseudo tropicalis,C.krusei.
Kandida è jamur oportunistik, dijumpai di seluruh badan, terutama mulut, kolon, kuku, vagina dan saluran anorektal .
Faktor predisposisi :
- Penderita Kencing Manis (DM)
- Obat-obatan (kortikosteroid, antibiotik, pil KB dan obat-obat antiseptik vagina yang berpotensi mempengaruhi flora normal vagina)
- Celana Dalam terlalu ketat (misalnya CD yang terbuat dari nylon)
- Kehamilan
- Periode sebelum menstruasi
- Penurunan imunitas.
Patomekanisme
Kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi karena pertumbuhan berlebih sel-sel jamur yang secara normalpun terdapat dalam vagina wanita sehat. Kehamilan merupakan salah satu penyebabnya, selain itu sering juga terjadi pada pemakai kontrasepsi oral atau pemakaian antibiotika berlebihan, menstruasi, diabetes mellitus , penyakit-penyakit yang menurunkan daya kekebalan tubuh, kebiasaan iritasi vagina, cairan pewangi / pembersih vagina (vaginal cosmetics, perfumed feminine sprays), antimikrobial yang topikal , vaginal jelly, atau pemakaian celana dalam yang ketat dengan ventilasi yang kurang (Odds,1988).
Infeksi Kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.
a. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologi, umur dan imonologi.
Perubahan fisiologi seperti kehamilan ( karena perubahan pH dalam vagina ) : kegemukan ( karena banyak keringat ) ; debilitas; latrogenik; endokrinopati ( gangguan gula darah kulit ); penyakit kronik seperyi : tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
Umur contohnya : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologinya tidak sempurna. Imunologi contohnya penyakit genetik.
b. Faktor eksogen meliputi : iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit.
a. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologi, umur dan imonologi.
Perubahan fisiologi seperti kehamilan ( karena perubahan pH dalam vagina ) : kegemukan ( karena banyak keringat ) ; debilitas; latrogenik; endokrinopati ( gangguan gula darah kulit ); penyakit kronik seperyi : tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
Umur contohnya : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologinya tidak sempurna. Imunologi contohnya penyakit genetik.
b. Faktor eksogen meliputi : iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Vagina tidak mempunyai reseptor gatal, sehingga rasa gatal baru akan terjadi bila duh vaginal sudah mengiritasi vulva. Pria pasangannya jarang mempunyai gejala, bila ada, dapat berupa rasa gatal atau panas setelah hubungan seksual yang biasanya hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Akibat terhadap kehamilan
Meskipun keadaan ini sering menjengkelkan karena gejalanya tidak menyenangkan dan sering terjadi perkambuhan namun ternyata tidak menyebabkan hasil persalinan yang buruk. Kejadian prematuritas, ketuban pecah sebelum waktunya dan bayi berat lahir rendah tidak bertambah pada keadaanini(Plourd,1997).
Meskipun keadaan ini sering menjengkelkan karena gejalanya tidak menyenangkan dan sering terjadi perkambuhan namun ternyata tidak menyebabkan hasil persalinan yang buruk. Kejadian prematuritas, ketuban pecah sebelum waktunya dan bayi berat lahir rendah tidak bertambah pada keadaanini(Plourd,1997).
Gejala Klinis
Kandidiasis vulvovaginal ditandai dengan:
- Rasa gatal dan rasa panas pada vulva dan vagina.
- Keputihan (berwarna putih seperti susu, cairan tebal dan plak warna putih yang melekat di vulva, vagina, dan serviks). Dijumpai gumpalan seperti keju pada dinding vagina.
- Disuria
- Dispareunia
- 20-50 % penderita Kandidiasis vulvovaginal tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatis).
Tanda-tanda dan keluhan: | % |
> Gatal dan rasa panas pada vulva-vagina | 38 % |
> Pembengkakan vulva | 25 % |
> Keputihan | 68 % |
> Bercak kekuningan | 22 % |
Pemeriksaan : | % |
> Nampak pembengkakan pada vulva-vagina | 22 % |
> Kemerahan pada vulva dan vagina | 72 % |
> Didapatkan bercak cairan kental | 28 % |
Pemeriksaan Fisik
· Nampak pembengkakan pada vulva vagina
· Kemerahan pada vulva dan vagina
· Adanya bercak cairan kental
Pemeriksaan Penunjang
Ø Pemeriksaan KOH 10 %
- blastospora bentuk lonjong
- sel tunas
- pseudohifa, seperti sosis panjang
bersambung
Ø Pemeriksaan gram è gram positif è pseudohifa
Penatalaksanaan
1. Pengobatan antifungal topikal
Ø Mikonazol/ kotrimazol 200 mg intravaginal/ hari, 3 hari
Ø Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
Ø Nistatin 100,000 IU intravaginal/ hr è 14 hari
2. Pengobatan antifungal sistemik
Pengobatan VVC secara sistemik sebaiknya dikhususkan pada mereka yang telah mendapat terapi topikal sebelumnya dan tidak berhasil, atau pada kasus-kasus khusus seperti VVC yang berat, atau rekuren pada trimester kedua kehamilan.
Ø Ketokonazol 200 mg peroral,2 kali sehari untuk 5 hari
Ø Itrakonazol 200 mg per oral,2 kali sehari , hanya satu hari
Ø Flukonazol 150 mg per-oral dosis tunggal
Ø Flukonazol 150 mg / minggu untuk 12 minggu pada kasus rekuren
Prognosis
Prognosis umumnya baik jika tidak terjadi komplikasi.
NB : maaf tidak ada gambar :) silahkan di search sendiri di google, hehe
0 komentar:
Posting Komentar